Dalam hidup, ada dua mindset besar yang sering jadi pilihan: YOLO (You Only Live Once) atau YONO (You Only Need One). YOLO adalah filosofi buat mereka yang nggak mau ketinggalan pengalaman seru—selalu mencari petualangan dan menikmati setiap momen seolah-olah besok nggak ada. Sebaliknya, YONO lebih fokus pada kesederhanaan dan efisiensi: lo nggak perlu punya segalanya, cukup satu yang terbaik dan multifungsi. Tapi, di antara dua pilihan ini, mana yang paling cocok buat lo? Yuk, bahas lebih lanjut, bro!
Apa Itu YONO?
YONO alias You Only Need One itu konsep hidup yang ngajarin buat nggak berlebihan. Lo cukup punya satu barang yang berkualitas, multifungsi, dan bener-bener kepake, daripada numpuk banyak hal yang ujung-ujungnya nggak kepake. YONO muncul sebagai jawaban buat YOLO, yang sering bikin orang boros karena ngejar kesenangan sesaat tanpa mikirin jangka panjang.
YONO bukan berarti pelit atau takut jajan, tapi lebih ke milih sesuatu yang beneran worth it. Mending punya satu barang yang bisa dipake buat banyak hal daripada beli banyak tapi nggak kepake. Sama kayak aplikasi, nggak perlu install semua kalau ada satu yang udah bisa cover semua kebutuhan. Intinya, lebih fokus ke pengalaman yang beneran berharga daripada cuma ikut-ikutan tren yang cepet basi.
YONO, Sebuah Konsep untuk Say Bye to YOLO dan FOMO
Sering nggak sih, lo merasa takut ketinggalan sesuatu yang lagi viral atau tren? Itu namanya FOMO (Fear of Missing Out)—sindrom yang bikin orang selalu pengen nyobain banyak hal karena takut kehilangan momen seru. YOLO sering dikaitkan dengan FOMO karena dua-duanya mendorong lo buat selalu eksplorasi dan nggak melewatkan kesempatan.
Banyak orang mulai beralih ke YONO, yang ngajarin hidup lebih mindful tanpa harus ikut-ikutan tren. Dengan konsep ini, lo cukup fokus ke satu barang atau pengalaman yang benar-benar berarti, tanpa buang-buang uang atau waktu buat sesuatu yang nggak perlu.
Konsep YONO: Fokus pada Kualitas dan Dampak Lingkungan
Salah satu prinsip utama YONO adalah memilih barang yang benar-benar dibutuhkan, berkualitas tinggi, dan tahan lama. Ini nggak cuma soal penghematan, tapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Dengan memilih produk yang lebih awet dan multifungsi, lo ikut mengurangi limbah dan konsumsi berlebihan yang bisa merusak ekosistem.
Menurut Malik & Ishaq (2023) dalam studinya “Minimalism as a Lifestyle and its Impact on Financial Well-Being and Happiness”, orang yang menerapkan prinsip YONO cenderung merasa lebih tenang dan puas dengan hidup mereka.
Siapa yang Mulai Tren YONO?
Tren YONO pertama kali ngehits di Korea Selatan sebagai respons atas krisis ekonomi global. Anak muda mulai lebih selektif dalam belanja, lebih milih barang awet, dan lebih mengutamakan efisiensi.
Data dari TriviaKorea (2023) nunjukin bahwa makan di luar turun 9%, belanja makanan praktis naik 21%, dan penggunaan transportasi umum meningkat 40%. Ini bukan cuma sekadar tren minimalisme, tapi juga strategi buat survive di tengah ekonomi yang makin ketat.
Selain faktor finansial, makin banyak yang sadar kalau konsumsi berlebihan nggak cuma bikin kantong jebol, tapi juga nggak ramah lingkungan. Dengan mindset YONO, mereka nggak cuma lebih hemat, tapi juga ngurangin jejak karbon dan hidup lebih sustainable tanpa ngorbanin kenyamanan.
Minimalis dan YONO, Apakah Sama?
Banyak yang ngira YONO sama dengan minimalisme atau frugal living atau JOMO (Joy of Missing Out). Memang mirip, tapi ada bedanya. Minimalisme fokus pada mengurangi kepemilikan dan hanya menyimpan yang benar-benar esensial. Sementara itu, YONO lebih ke memilih satu hal terbaik yang bisa ngasih banyak manfaat. Jadi, kalau minimalisme itu soal "kurangi", YONO lebih ke "pilih yang terbaik".
Contoh Sikap yang Termasuk YONO
Gaya hidup YONO bisa dipraktikin di banyak hal sehari-hari. Misalnya nih:
- Fashion. Daripada punya puluhan baju yang cuma dipakai sekali, lebih baik punya beberapa outfit berkualitas yang bisa di-mix and match.
- Gadget. Satu smartphone dengan fitur lengkap lebih baik daripada gonta-ganti gadget cuma karena tren.
- Hobi. Nggak perlu coba semua tren olahraga atau aktivitas baru setiap bulan, cukup temukan satu yang benar-benar lo suka dan bisa jadi bagian dari gaya hidup lo.
- Parfum. Nggak perlu koleksi banyak varian, cukup punya satu yang bisa diandalkan untuk semua aktivitas, seperti Axe Blue Lavender Premium Deodorant Spray, Axe Aqua Bergamot Premium Deodorant Spray, atau Axe Emerald Sage Premium Deodorant Spray. Fragrance spray 2-in-1 dari Axe ini adalah parfum yang wanginya asik sekaligus deodorant yang bisa ngatasin masalah bau badan lo!
Parfum sekaligus deodorant, lo cukup punya ini aja!
YONO vs YOLO, Mana yang Pas Buat Lo?
Lalu, mana yang lebih baik? YOLO atau YONO? Coba lihat dari contoh berikut.
Bayangin lo selalu beli kopi mahal di kafe karena YOLO, tapi lama-lama sadar pengeluaran makin gede. Kalau pakai mindset YONO, lo bakal investasi di mesin kopi sendiri, tetap bisa ngopi enak tiap hari tanpa boncos.
Sama seperti fashion. Tim YOLO bakal gonta-ganti outfit biar selalu up-to-date, tapi tim YONO lebih milih beberapa outfit berkualitas yang bisa di-mix and match buat semua acara.
Lalu dalam urusan wangi. Lo bisa YOLO dengan gonta-ganti parfum tiap bulan, atau YONO dengan punya satu yang tahan lama dan multifungsi, kayak Axe Blue Lavender Premium Deodorant Spray, Axe Aqua Bergamot Premium Deodorant Spray, atau Axe Emerald Sage Premium Deodorant Spray yang wanginya bisa tahan 72 jam plus antibakteri. Pilih yang lebih simpel tapi tetap maksimal!
YOLO memang lebih spontan dan fun, tapi YONO lebih sustainable dan bikin hidup lebih tenang. Lo tipe yang mana?
Nggak ada yang salah dengan YOLO atau YONO—semua balik lagi ke preferensi masing-masing. Kalau lo tipe yang suka eksplorasi dan mencoba hal baru, YOLO mungkin lebih cocok buat lo. Tapi kalau lo lebih suka hal-hal yang berkualitas dan nggak mau ribet, YONO bisa jadi pilihan yang lebih bijak. Jadi, lo tim YOLO atau YONO?
---
Referensi:
1. Faiza Malik, Muhammad Ishtiaq Ishaq. 2023. Impact of minimalist practices on consumer happiness and financial well-being. Diambil dari https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2023.103333
2. TriviaKorea. 2023. We Live in the Era of YONO, Not YOLO: The Consumption Trend of the Korean Young Generation. Diambil dari https://www.triviakorea.com/we-live-in-the-era-of-yono-not-yolo/